Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami atau Abu Nawas semasa hidupnya sering berbuat onar dari mulai mabuk, menganggu, berjudi hingga masalah lainnya. Tak jarang orang-orang pada masa itu tidak menyukai sifat dan perilakuknya. Dikisahkan dalam satu riwayat ketika azal akan menjemput, dia sempat menuliskan Al-Itiraf dalam sebuah surat sebagai bentuk taubat untuk kembali beserah dan memohon ampun. Ia sadar dosa-dosanya selama begitu besar, namun tetap saja kuasa dan pengampunan Tuhan jauh lebih besar. Semula Imam Safi'i menolak untuk menyalati jenazah Abu Nawas. Namun ketika hendak dimandikan surat itupun ditemukan dalam pakaian Abu Nawas. Seketika semua menangis dan Imam Safi'i hendak memandikan lalu menyalatkannya.
Teringat beberapa masa silam sering menyanyikan syair ini bersama kawan dengan perasaan riang, meski tak pernah fasih melafalkannya dan tak tahu apa maknanya. Selalu, jangankan membacakannya ketika mendengarkan setiap lantunannya saja, hati seolah merasa tenang dan damai. Padahal syair ini dibuat dengan penuh kegelisahan serta mengharapkan pengampunan.
Terbesit dalam perenungan panjang, "Dengan cara yang seperti apa, saya akan berserah dan memohon ampun?"